MY SWEET CITY.
Suara kayu
bergemuruh, terinjak-injak semakin terdengar keras akibat injakan motor-motor
yang mulai berlalu lalalng memulai aktivitas dipagi hari, suara motor perahu
mulai terdengar, perahu yang telah mengarungi lautan telah kembali pada
dermaga-dermaga, yang ia tinggalkan, suara motor perahu itu menandakan betapa
bahagianya ia pulang kembali kesandarannya. Cahaya mentari menyelinap masuk
tanpa izin mpunya rumah. Menyinari tubuh yang sedang bergeliat di alam mimpi. “Fitri…
Fitri… bangun”. Teriak seorang wanita dengan keras dari arah dapur.
“Ngghh… oh tidak, jam berapa ini?” Kesal seorang
wanita yang dipanggil Fitri, sambil meraba bantal yang ada disamping kirinya,
bantal yang biasa ia gunakan untuk menindih pinggiran kelambu, mencari sesuatu.
“Astaga apa dia tidak berbunyi?”. Ternyata itu sebuah jam kecil yang sudah di
atur dengan alarm.
Fitri : “astaga, terulang lagi, entahlah hari ini akan berjalan sesuai rencana atau tidak” keluhnya sambil meregangkan tubuhnya diatas tempat tidur, kemudian ia terduduk, dengan wajahnya bengkak, ia mengacak-acak rambutnya mengungkapkan kekesalannya.
Ia melompat dari tempat
tidurnya, mengambil, ujung kelambu yang tertancap di ujung-ujung paku, dengan
gesit membereskan tempat tidurnya, kemudian ia membuka jendela, merasakan angin
segar yang menerpa tubuhnya, seolah-olah kompak menyerangnya, angin itu
terdengar seperti bersuara “serbu!”.
Diruang tengah tampak ayah dengan sarung yang
lekat ditubuhnya, sedang bercengkrama bersama adikku, ah ia namanya akbar dia
baru berumur 4 tahun, seperti biasa ia asyik bercerita kepada ayah entah
darimana ia dapatkan materi itu, selalu saja ada yang ia ceritakan setiap hari,
dan kalau ditanya soal pemadam kebakaran, dia paling jago soal urusan itu, dan
aku akui itu.
Mulai
dari nama peralatan sampai, cara memadamkan api. Dia selalu bersemangat saat
bercerita.
Kalau itu aku sudah
tidak heran, pasalnya setiap hari ia selalu menonton acara televisi Bontang.
Maklum karena Bontang adalah kota yang penting, ada banyak perusahaan besar
disini, mulai dari PT. Badak, Pupuk Kaltim, dan banyak lagi. Jadi penyuluhan
keselamatan selalu dilakukan, cara yang paling efektif salah satunya adalah
melalui televisi. Sementara itu asap mengepul dari arah dapur, dan bau yang
sangat sedap mulai tercium membuat perut berbunyi menyambutnya dengan riang. Kami makan pagi bersama
hari ini, ayah tidak pergi melaut karena ayah berjanji akan membawa kami ke
beras basah.
Apa itu beras basah?
Beras basah adalah sebuah pulau kecil yang indah, mungkin tidak kalah dengan
indahnya Bali, namun ombaknya tentu saja tidak sebesar ombak yang ada diBali
sana, kata orang, nama beras basah diberikan karena ada sebuah kapal yang
membawa beras yang sangat banyak namun sebelum sampai tujuan kapal itu karam,
dan beras yang ada didalam kapal membentuk sebuah pulau, yang sampai sekarang
dikenal dengan Beras Basah.
Ah… aku tidak tau itu benar atau tidak
kerana itu yang selalu aku dengar dari orang-orang.
TTT
Akbar :
“ayolah kak cepat kita harus cepat pergi!” (ia berteriak sebal,
seolah-olah kami tidak akan jadi
pergi kalau tidak saat itu juga berangkat
Fitri :
“sebentar lagi aku harus mengemasi beberapa barang, apa disana kau tidak mau makan?”, teriakku dari dalam rumah,
karena ikut kesal melihat tingkanya.
Akbar :
“baiklah.”, akhirnya ia menyerah, dan mulai diam.
Baling-baling motor perahu mulai berputar,
suara ribut tidak dapat dielakkan lagi.
Fitri: “hei… ana! Elsa! Cepatlah!”
Ana: “tunggu dong!” dengan memasang wajah
cemberut dengan nafas terengah- engah,
karena habis berlari
Dengan sigap ana dan elsa naik ke perahu
motor, kemudian ayah melepas tali yang terikat dikayu dekat jembatan
yang sangat panjang. Tentu saja jembatan panjang, karena dibawahnya semuanya
adalah air alias laut.
Perahu mulai menepi,
kami semua turun, dan membereskan barang bawaan kami, tidak lupa tas, sekolah
yang kami bawa.
Loh… liburan kok bawa tas? Ah… ya kami
tidak hanya berlibur, kami juga akan mengerjakan tugas sekolah kami tentang
tempat wisata yang ada di Bontang. Nah… beras basah adalah pilihan kami
bertiga.
Ibu menggelar tikar, sementara ayah dan
akbar, sedang bermain di tepian, membangun istana pasir, yang langsung runtuh
saat air menggapai istana itu.
Sementara itu kami berpamitan ke ibu untuk
berkeliling, dan mengamati pulau beras basah ini.
Ana: “astaga disini banyak sampah yang
berserakan.” Ucapnya sambil memasang mimic
histeris, yang lucu. Sementara itu Elsa malah pandangannya tertuju pada orang-orang yang sedang bermain banana
boat.
Elsa: “lihat itu!, sepertinya asyik
sekali, tapi itu sangat cepat. Astagaaaa…. Banana boat itu terbalik.”
Elsa, langsung panic. Dan hendak berlari
kearah banana boat itu.
Fitri: “heyy… tunggu dulu! (menarik elsa)
mereka kan pakai pelampung.” Ucapku buru-buru,
menenangkan Elsa.
Elsa tersendak, kemudian tertawa.
Elsa :
“oh iya, sorry aku lupa, aku panic tadi.”
Kami kemudian kembali berjalan menyusuri
pantai beras basah
Fitri :
“sepertinya itu ubur-ubur, indah sekali, warnanya seperti apa ya? Bening, ya kayak gitu, itu warnanya apa namanya?” Aku berusaha berfikir
keras, mencari kata-kata yang
tepat.
Serentak elsa dan ana tertawa, melihatku
yang seperti orang ling-lung.
Ana :
“bening ya bening fitri.”
Kami tertawa bersama, setelah cukup
berkeliling, kami kembali dan ibu telah siap bersama hidangan yang kami bawa
dari rumah. Setelah itu kami berteduh dibawah sebuah pohon besar, untuk mulai
mengerjakan tugas kami. Sambil menyaksikan pengunjung yang lain.
Ana :
“beras basah adalah tempat yang bagus, sebagai objek pariwisata di bontang.”
Fitri :
“itu benar, tapi ada masalah yang sangat serius disini, lihatlah sampah yang kita temui di sepanjang jalan (menunjjuk
jalan yang tadi mereka lalui). Belum lagi
sampah yang ditinggalkan pengunjung(sembari menunjuk pengunjung disekitar mereka yang meninggalkan tempat
sambil meninggalkan sampah), dan sampah kiriman yang terbawa arus air. Makin
jadilah sampah menggunung.”
Elsa :
“bukan hanya itu adalagi masalah yang lumayan serius. Ingat tidak waktu kita kecil, sepertinya pulau ini sangat
besar, tetapi sekarang sepertinya bertambah
kecil, aku yakin pasti abrasi disini lumayan parah.”
Lyn :
“itu benar, semua yang kalian bicarakan itu benar. Tetapi jangan khawatir, minggu depan ada acara disini, untuk
menanam pohon, dan mebersihkan sampah
bersama, yang dicanangkan pemerintah.”
Kami terkejut, rupanya, ada orang lain
disekitar kami. Kami tidak menyadari keberadaannya, karena kami larut dalam
keasyikan, dan tugas kami.
Ana :
“hallo kak. Maaf kalau kami mengganggu, kami sedang mengerjakan tugas.”
Fitri :
“ah… iya maaf kalau kami mengganggu.” Ucap kami serba-salah
Lyn :
“tidak, kakak juga sedang mengerjakan tugas disini. Kita bisa mengerjakan tugas bersama.” Ucap kakak itu ramah.
Elsa :
“oh iya ngomong kakak ini siapa?”
Lyn :
“oh iya. Nama kakak lyn, kakak seorang mahasiswa, yang melakukan penelitian pariwisata beras basah disini,
kakak dari universitas ITB.”
Ana :
“wow, mahasiswa ITB, kakak tau dari mana pulau beras basah ini?” Tanya ana antusias.
Lyn :
“tentu saja kakak tau, ayah kakak bekerja disalah satu perusahaan disini.”
Setelah lama berbincang, dan sedikit
berdiskusi mengenai pulau beras basah ini, dan tak terasa haripun telah sore,
dan mentari sepertinya mengajak kami untuk kembali pulang kerumah.
Fitri :
“sepertinya sudah sore kami harus kembali, kak.” Ucapku sopan, namun penuh penyesalan, karena kami harus menyudahi
diskusi kami yang sangat menyenangkan.
Lyn :
“tunggu dulu, berikan kakak pulpen, dan kertas. Nah ini e-mail kakak, kalian bisa menghubungi kakak disini.” Ucapnya
seraya tersenyum.
Kami, berpamitan sebelum pergi, ternyata
kak lyn, tidak hanya sendiri, dia ternyata bersama teman-teman lainnya, yang
baru datang, setelah selesai meneliti.
TTT
Hore… nilai kita Sembilan, ini sangat
menyenangkan, kita tidak hanya belajar didalam kelas, tetapi juga di alam
rasanya seperti sekolah alam ini mengasyikkan, siapa bilang ini sulit.
Ana :
“fitri, elsa kalian mau kerumahku?”
Elsa :
“untuk apa?”
Ana :
“kita beri tahu kak lyn, kalau kita dapat nilai 9, kak lyn pasti bangga.”
Fitri :
“oh iya, dirumahmu kan ada computer.”
TTT
?
To: lyn
From: ana, elsa, and fitri.
Hay, kak bagaimana tugas kakak, nilai
tugas kami 9 loh.
?
From: lyn
To: fitri, elsa, ana
Hay kalian, wah hebat ya. Semangat ya
belajarnya, oh iya, kakak dan teman-teman kakak akan mengadakan lokakarya di
bontang kota. Temanya tentang pariwisata bontang.
?
To: lyn
From: fitri, ana, elsa
Sepertinya menyenangkan tapi kami tidak
bisa kesana kak, karena tempatnya lumayan jauh.
TTT
Keesokan harinya.
Ibu laksmi :
“perhatian anak-anak, dengarkan baik-baik. Minggu depan sekolah akan mengadakan tour sekolah ke bontang
kota.”
“Asyik… hore…” anak-anak, langsung
bersorak sorai mendengar pengumuman.
Ibu laksmi :
“harap tenang, kita akan menghadiri sebuah loka karya, yang di adakan mahasiswa dari kampus ITB. Dan acara
lainnya, keterangan acara akan dijelaskan wali kelas masing-masing.”
Fitri :
“wah… asyik, tour sekolah akhirnya, tapi penyuluhan dari mahasiswa ITB?”
Ana :
“astaga. Ahh… ingat-ingat, kak lyn, kan pernah bilang kalau dia dan teman-temannya, mengadakan lokakarya.”
Elsa :
“astaga iya benar.”
Ana :
“kalian mau kerumahku?”
Seakan mengerti perkataan ana, fitri dan
elsa langsung mengangguk.
TTT
Ibu ana :
“anak-anak ini makanannya. Bagaimana dengan tour sekolah kalian?”
Fitri :
“satu minggu lagi tante, hari minggu.”
Ibu ana :
“Bagus, kalian bisa melihat bontang kota disana.”
Elsa :
“iya tante, aku sangat bersemangat.”
Kami mulai mengirim e-mail kepada kak lyn
?
To: lyn
From: fitri, ana, elsa
Kak, kami akan ke bontang kota minggu
depan. Kami akan menghadiri acara loka karya mahasiswa ITB.
?
To: fitri, ana, elsa.
From: lyn
Iya, kakak mengirimkan undangan acara
kesekolah kalian, dan disetujui, karena kalian juga akan melakukan tour
sekolah. Sampai berjumpa di tempat acara ya.
?
To: lyn
From: fitri, ana, elsa
Iya kak, sampai berjumpa di tempat acara.
TTT
Fitri :
“ayah, akan ada tour sekolah minggu depan, hari minggu ke bontang kota, apa
aku boleh ikut?”
Ayah :
“baiklah, tapi ayah tidak punya, uang untuk biaya tour mu, pasti mahal.”
Fitri :
“tidak yah. Tour ini kami tidak dipungut biaya.”
Ayah :
“baiklah, ayah akan memberimu, uang selama disana, tetapi tidak banyak, jadi kamu harus menggunakannya, dengan baik
dan bijak.”
Fitri :
“terima kasih ayah.”
Aku memeluk ayah, dengan sangat senang.
Ayah :
“hey, lepas kau ini ayah tidak bisa bernapas.”
Fitri :
“ah… (terkejut), hehehe… maaf yah.”
TTT
Kring… kring… kring… kring…
Fitri terkejut dan bangun, melompat dari
tempat tidur seperti biasa. Tapi kali ini berbeda, hari masih gelap. Fitri
mengguyur tubuhnya.
Fitri: ah… dingin sekali.
Kau bisa mendengar suara dari barisan gigi
cantiknya yang bergetar, tetesan air dari rambutnya yang bak gelombang
dilautan, membuat hawa dingin, semakin betah singgah ditubuhnya.
Ibu :
“kau sudah kemasi barang bawaanmu, yang akan kau bawa hari ini? Bekalmu sudah siap."
Fitri :
“iya bu, sudah kubereskan dari tadi malam”
Teriak fitri dari dalam kamar, dengan
sigap, ia memakai baju, dan memakai sweater kesayangannya.
Ia sarapan bersama keluarganya, sebelum
pergi melaut ayah mengantar ku, ke kapal yang akan membawa kami ke bontang
kota.
Fitri :
“ana, elsa kemarilah.”
Ana, elsa menghampiri fitri, dengan bawaan
mereka yang kelihatannya berat.
Elsa :
“aku sangat bersemangat.”
“Hey. Kau fikir kau saja yang bersemangat
kami juga”, ucap fitri dan ana.
TTT
Kapal mereka mendekati
bibir pelabuhan. Akhirnya mereka sampai. Rupanya disana sudah ada beberapa bus
yang menunggu mereka.
Mereka melaju dijalan bontang, tentu saja
suara kayu tidak terdengar, karena jalanan itu aspal. Mereka melihat
orang-orang yang berlalu lalang, karena ini hari minggu, banyak orang yang
bepergian. Tidak lupa juga para petugas kebersihan yang bekerja dipagi hari.
Membuat jalan menjadi bersih, tidak heran bontang mendapatkan penghargaan
adipura.
Terdengar suara para
siswa yang berbincang-bincang, ada yang mengungkapkan ke takjuban mereka, ada
yang berbicara apa yang akan mereka lakukan saat sampai, ada yang bercerita
tentang bontang kota kepada teman lainnya, karena mereka sering datang ke
bontang kota.
Tiba-tiba mereka heboh karena bus melewati
sebuah mesin besar, seperti sapu yang sangat besar.
Fitri :
“sepertinya itu mesin penyapu jalan, yang dioperasikan pemerintah.”
Ana :
“kok kamu tau?”
Fitri :
“waktu itu aku lihat dikoran, kalau tidak salah satu bulan yang lalu.”
TTT
Mereka sampai dalam
acara lokakarya, mereka disambut dengan hangat. Dan ternyata kak lyn adalah
juru bicara wakil mahasiswa ITB. Kak lyn menjelaskan objek pariwisata yang
sangat bagus untuk dikembangkan secara rinci, dan para pendengar larut dalam
pembicaraan yang, bermanfaat namun menyenangkan.
Lokakarya akhirnya
selesai, mereka bertemu dengan mahasiswa ITB dan berbincang-bincang, tentang
pengalaman mereka berada di bontang kota.
Dan para mahasiswa ITB berpamitan, kepada
kami semua. Mereka juga memberikan bingkisan kenang-kenangan untuk kami. Itu
terlihat seperti pulau beras basah yang ada didalam sebuah botol kaca.
Lyn :
“kalian harus belajar dengan baik, ok” ucap kak Lyn dengan semangat, dan ceria
Elsa :
“iya kak” (jawab elsa dengan paling semangat)
Kak lyn berpesan kepada kami, untuk selalu
bangga dengan kota kami, menjaga dan mencintai kota kami, karena kota kami
adalah kota yang sangat kaya. Kaya akan sumber daya alam, dan hampir dari
seluruh suku di Indonesia ada di bontang ini.
TTT
Setelah itu kami berkunjung ke kantor
walikota, lembah hijau, cibodas, dan kesebuah mall yang besar.
“Apa yang akan aku lakukan, uangku tidak
banyak”, ucap fitri dalam hati.
Ana :
“fitri, kemarilah apa kau tidak mau menjelajahi mall yang besar ini?”
Fitri :
“ah, ya baiklah aku ikut.”
Elsa :
“bukankah ini bagus?”
Ana :
“lihat disana sangat cantik!”
Elsa :
“yak!!! Fitri apa kau tidak mau membeli sesuatu?”
Fitri :
“tidak kalian belanja saja.”
TTT
Akhirnya, perjalanan ini
selesai hari yang melelahkan tapi sangat menyenangkan.
Kami bertiga keluar, membiarkan udara
mengalun lembut, menghilangkan lelah ditubuh kami.
Fitri :
“yak apa yang kalian lakukan?”
Terkejut karena tiba-tiba ada yang menutup
mataku.
Ana :
“hey, diamlah sebentar kami punya sesuatu untukmu.”
Ana & elsa : tada… kejutan!””
Ternyata mereka memberikanku sebuah diary.
Fitri :”
ah… cantiknya terimaksih, pasti mahal nanti akan kuganti ya.”
Ana :
“hey kau ini bicara apa?”
Elsa :
“ya benar, ini hadiah untukmu.”
Ana :
“Kau bisa menuliskan semua pengalamanmu disitu, termasuk perjalanan kita hari ini.”
TTT
Kami tersenyum bahagia. Kapal kami terus
melaju, bersama pulangnya mentari ke peraduannya, kami memandang langit sore
yang indah.
Elsa :
”bukankah kota kita ini indah?”
Ana :
“ya, ada daratan kita juga memiliki pantai indah, ada kota dengan fasilitasnya, dan kita tinggal dekat dengan
laut.”
Ana & elsa : “ya, sangat beragam.”
Elsa :
“lihat seperti lollipop ku ini! mereka memiliki banyak warna, dan rasanya sangat manis.” Ucapnya sembari
memakan lolipopnya,
Elsa tersenyum manis,
dengan pipinya yang chabi disinari cahaya mentari sore dengan lollipop di
gengamannya.
Dengan
senyum manisnya sembari, memandangi laut yang semakin tertinggal jauh, ia
bergumam yah… my sweet city. Fitri mendengarnya, ia juga merasakan
betapa manisnya kotanya itu, belum lagi orang-orang yang ada disekitarnya
menambah manisnya, mengingat semua itu ia turut tersenyum memperlihatkan gigi
putihnya, dan lesung pipinya dikanan dan kiri terlihat serasi dengan
senyumannya, senyumnya semakin merekah tatkala melihat bayang-bayang jembatan
didepan sana. Dan jembatan panjang mulai terlihat, disana tampak ibu dan para
orang tua lainnya yang melambaikan tangan, menyambut kepulangan anak-anaknya
dengan gembira.
TTT
Komentar
Posting Komentar