Negeri
di Tapal Batas
(F)
Suara tawa memecah kesunyian
Anak kecil berlari-larian
Para wanita sibuk ditungku perapian
Para lelaki memburu kedalam hutan
Asap mengepul membumbung tinggi
Para lelaki telah kembali
Membawa hasil dari buruan tadi
Santap bersama dengan turunnya mentari
Gelap gulita tak dapat dibendung
Tetapi bermandikan cahaya rembulan
Suara jangkrik semakin berdengung
Daun daun yang menari dalam buaian
Di tiap-tiap rumah menyala setitik cahaya
Dari sebotol lampu minyak
Menerangi dari gelap gulita
Agar badan tidak menabrak
Sinar mentari menyapa hari
Diiringi nyanyian pagi
Lekaslah bangun
Menimba air sumur yang dingin
Berjalan diantara pematang sawah
Sembari memikul baki
Tanahnya becek karena basah
Mengairi ribuan hamparan padi
Para anak yang semangatnya berkobar
Terus berlari meski bertelanjang kaki
Bukannya mereka kabur
Atau lalai dari tugas sehari-hari
Tapi orang tua yang menyuruh
Untuk pergi ke sekolah
Bersama menuntut ilmu
Agar kehidupan berubah tidak seperti dahulu
Apa yang salah dari cita-cita yang tinggi
Terus digantung agar digapai
Menuntut ilmu disekolah rimba
Meski fasilitas seadanya
Tapi semangatnya tak pernah padam
Karena hujan yang datang mengeroyok
Meski sudah lusuh seragam
Terus menerjang meliuk-liuk
Kami orang-orang pelosok
Terbiasa akan kerasnya bebatuan
Kaki yang kebal hamper tak berbentuk
Tangan kuat tak pernah diperban
Cobalah tengok dalam peta
Tempat diujung pinggiran kepulauan
Itulah tempat kami tinggal bersama
Masih asli warnanya kehijauan
Jauh dari sentuhan canggihnya teknologi
Tapi alamnya siapa yang mampu menandingi
Membuat setiap mata terpukau
Kau bisa bernafas dengan baik disitu
Dengarkanlah dongeng nyata
Dari negeri ditapal batas
Mungkinkah menyentuh hatinya
Atau mungkin membekas
Komentar
Posting Komentar