Langsung ke konten utama

RASA YANG HILANG



RASA YANG HILANG

Apa lagi yang harus kuucapkan, ketika semua kata tak cukup mewakili hatiku
Takkan cukup lembaran-lembaran itu untuk menuliskan semua kisahku
Sekarang cukup rasakan, cukup kau tahu tidak lebih dari itu
Aku mungkin terlalu egois untuk menyimpan rasa itu sendiri
Karena aku tak tahan lagi, bendungan tangguh kini mulai rapuh
Rasanya aku hampir gila

Lihatlah diriku, masih sama seperti dahulu
Tapi siapa yang tahu kalau aku memakai topeng
Yang menambal rasa yang hilang
Aku masih tersenyum untuk dunia
Aku masih menangis seorang diri

Siapa yang tahu bahwa semua itu rasanya hambar bagiku
Tiada lagi rasa seperti dulu
Rasa itu telah pergi menjauh, sejauh kakimu melangkah pergi
Pergi dariku
Tiada lagi dunia yang penuh warna
Di mataku semua hanya hitam dan putih
Seperti film lama yang diputar kembali, dengan cacatnya disana-sini
Tiada yang baru bagiku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Hanya (Manusia Bunglon)

AkuHanya (Manusia Bunglon) Jika kau bertanya seperti apa aku…. Aku…. Aku…. Anggap saja…. Anggap saja aku manusia bunglon… selalu berubah untuk bertahan disetiap situasi… Lambat… sangat lambat aku berjalan…… aku tak mampu mengejar…. entahlah…. Aku tak mampu… atau aku yang mengurung diri dalam delusiku sendiri…. Ada batas abstark yang membatasi aku dengan mereka…. seolah kami berada didunia berbeda yang berdampingan…. namun aku tak pernah mampu melangkah……. Aku mencoba…. Menjadi seperti mereka…. selalu mencoba…. Hingga aku tak tau siapa aku… Aku hanya menemukan diriku dalam mimpi… Mimpi… Mimpi…. Mimpi…. Yang terlepas didunia nyata…. Kugenggam erat mimpiku…. Karena ia mimpiku…. Milikku…. 20012019

Jalan cahya

Pagi hari menyapa Saatnya menarik mimpi keluar dari belukarnya Kelopak mata masihlah terpejam Sebuah tarikan nafas Dan sebuah senyuman Ungkapan syukur atas hari yang baru Jalanku semakin terang Dan takbisa kupungkiri Hangatnya kini makin menusuk kulit Tak kujadikan persoalan Demi menggapai tujuanku diujung jalan Tujuan yang menjadi harapan Jangan sampai menjadi mimpi belaka Cahayaku Terangi jalanku Jangan sampai menyilaukan mata Membutakan hati Agar kelak Aku mampu berpendar Menjadi setitik cahaya dalam kegelapan

Epilog: Paradoks Maya

Sebagai perantara pesan, aku berkelana dari satu mimpi ke mimpi yang lain, singgah sebentar dan beranjak pergi. Apa yang kau ingat dari kenangan-kenangan yang terekam? Nama tempat, nama permainan, nama teman atau kejadian, adalah hal-hal yang lambat laun mungkin akan terlupa. Tapi tidak dengan rasa! Kaulah yang memiliki kuasa atas dirimu sendiri, dan kau akan menyadari, betapa indahnya memori yang selama ini kau kubur, untuk menyambut sebuah kedatangan kembali. Sampai detik ini aku bertahan, dan sampai detik ini aku menghantarkan maya melalui mimpimu, berharap membakar paradoksmu, biarkan ia menjadi abu, dan kembali ketanah.