Langsung ke konten utama

RASA YANG HILANG



RASA YANG HILANG

Apa lagi yang harus kuucapkan, ketika semua kata tak cukup mewakili hatiku
Takkan cukup lembaran-lembaran itu untuk menuliskan semua kisahku
Sekarang cukup rasakan, cukup kau tahu tidak lebih dari itu
Aku mungkin terlalu egois untuk menyimpan rasa itu sendiri
Karena aku tak tahan lagi, bendungan tangguh kini mulai rapuh
Rasanya aku hampir gila

Lihatlah diriku, masih sama seperti dahulu
Tapi siapa yang tahu kalau aku memakai topeng
Yang menambal rasa yang hilang
Aku masih tersenyum untuk dunia
Aku masih menangis seorang diri

Siapa yang tahu bahwa semua itu rasanya hambar bagiku
Tiada lagi rasa seperti dulu
Rasa itu telah pergi menjauh, sejauh kakimu melangkah pergi
Pergi dariku
Tiada lagi dunia yang penuh warna
Di mataku semua hanya hitam dan putih
Seperti film lama yang diputar kembali, dengan cacatnya disana-sini
Tiada yang baru bagiku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

It’s Missing You (inspirasi dari lagu “Missing You” oleh BtoB)

It’s Missing You (inspirasi dari lagu “Missing You” oleh BtoB)             seorang penyiar berita sedang menyiarkan secara live kebakaran disebuah rumah, terlihat dibelakang penyiar itu api yang melahap habis sebuah rumah dikawasan yang cukup elite, “seluruh keluarga tewas dalam kebakaran ini, namun beruntung saja putri dari keluarga ini masih bisa diselamatkan, ia baru berusia 8 tahun” ucap penyiar itu.           Terlihat seorang anak laki-laki sedang menonton berita ditelevisi itu, kemudian ia menunjuk TV itu, “ibu ada kebakaran” katanya sambil menunjuk TV itu, dan melihat ibunya yang sedang ada dimeja kerjanya, terlihat ibunya yang sangat anggun duduk dimeja itu, dimeja bertengger manis sebuah papan nama yang lucu bertuliskan kepala pimpinan yayasan pelangi Kim Hang Ah. “ah ia kesihan sekali, ia tidak punya orang tua lagi seperti tema...

Wacana

Wacana Rencana jadi wacana Wacana jadi bencana Berita jadi buaian basa-basi yang benar-benar basi Kamu, lebih memilih bungkam seolah tak tahu apa-apa Dan dia, mengamati seolah bukan perkara untuknya Mudah lidahnya berucap karena tak bertulang Hati nuraninya terlalu mahal untuk mengingat janji yang sudah terlanjur tertuang Apalagi akalnya, tak ada ruang! Kecuali untuk dirinya sendiri! Sedang aku dalam ruang tunggu Dengan sebaris antrian fiktif!

Rehat