Langsung ke konten utama

KARENAMU YANG DIAM



KARENAMU YANG DIAM

Aku menghayal menceritakan sebuah kisah dan tersenyum sendiri seperti orang bodoh
Kau hanya terdiam dengan sikapmu yang cool
Entah mengapa aku bertahan disampingmu, dengan sikapmu yang dingin
Bahkan jika mereka bertanya mengapa aku tak sedih, aku hanya bisa mengucapkan bahwa aku terbiasa dengan perlakuanmu.
Tetapi disaat aku bahagia bersama temanku, mengapa kau bahkan menjadi lebih dingin dari biasanya,
Bahkan kau berjalan lurus saat kita bertemu dilorong, aku sangat kecewa
Hingga suatu hari aku meledak, mengungkapkan segala yang ada dihatiku
“mengapa kau melakukan ini, aku tersiksa saat kau ada didepanku tapi aku tak bisa melihatmu”
Hingga aku berpikir, selama ini hanya aku yang jatuh cinta, selama ini hanya aku yang bahgia, dan membuatmu menderita dengan adanya diriku menjadi bebanmu.
Aku mencintaimu bahkan airmataku tak sanggup lagi keluar karenamu, apakah mereka akan terbuang sia-sia.
Moment indah yang kita rangkai bersama menguap dengan sikap diammu.
Inikah takdir yang harus kita hadapi?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Hanya (Manusia Bunglon)

AkuHanya (Manusia Bunglon) Jika kau bertanya seperti apa aku…. Aku…. Aku…. Anggap saja…. Anggap saja aku manusia bunglon… selalu berubah untuk bertahan disetiap situasi… Lambat… sangat lambat aku berjalan…… aku tak mampu mengejar…. entahlah…. Aku tak mampu… atau aku yang mengurung diri dalam delusiku sendiri…. Ada batas abstark yang membatasi aku dengan mereka…. seolah kami berada didunia berbeda yang berdampingan…. namun aku tak pernah mampu melangkah……. Aku mencoba…. Menjadi seperti mereka…. selalu mencoba…. Hingga aku tak tau siapa aku… Aku hanya menemukan diriku dalam mimpi… Mimpi… Mimpi…. Mimpi…. Yang terlepas didunia nyata…. Kugenggam erat mimpiku…. Karena ia mimpiku…. Milikku…. 20012019

Jalan cahya

Pagi hari menyapa Saatnya menarik mimpi keluar dari belukarnya Kelopak mata masihlah terpejam Sebuah tarikan nafas Dan sebuah senyuman Ungkapan syukur atas hari yang baru Jalanku semakin terang Dan takbisa kupungkiri Hangatnya kini makin menusuk kulit Tak kujadikan persoalan Demi menggapai tujuanku diujung jalan Tujuan yang menjadi harapan Jangan sampai menjadi mimpi belaka Cahayaku Terangi jalanku Jangan sampai menyilaukan mata Membutakan hati Agar kelak Aku mampu berpendar Menjadi setitik cahaya dalam kegelapan

Epilog: Paradoks Maya

Sebagai perantara pesan, aku berkelana dari satu mimpi ke mimpi yang lain, singgah sebentar dan beranjak pergi. Apa yang kau ingat dari kenangan-kenangan yang terekam? Nama tempat, nama permainan, nama teman atau kejadian, adalah hal-hal yang lambat laun mungkin akan terlupa. Tapi tidak dengan rasa! Kaulah yang memiliki kuasa atas dirimu sendiri, dan kau akan menyadari, betapa indahnya memori yang selama ini kau kubur, untuk menyambut sebuah kedatangan kembali. Sampai detik ini aku bertahan, dan sampai detik ini aku menghantarkan maya melalui mimpimu, berharap membakar paradoksmu, biarkan ia menjadi abu, dan kembali ketanah.