IBU
UNTUK ADIKKU
Seorang wanita paruh
baya tengah berjongkok dengan susah payah untuk meniup tungku didepannya, dia
tiup tungkunya dengan lembut, jika tidak debunya akan menyebar kemana-mana.
Sudah menyala tungkunya, ia bangkit dengan kepayahan ia memegang pinggiran meja
untuk berdiri dan kemudian mengambil kuali.
Mengambil air dari
kuali besar disudut dapur, kemudian dimasukkan kedalam kuali untuk memasak, ia
letakkan kuali itu diatas tungku kemduian memasukkan 3 batok kelapa beras
kedalam kuali, kembali ia meniup tungkunya agar tidak padam, asap mulai
menyebar kelangit-langit dapur yang sudah hitam, menjadi tambah pekat, setelah
merasa apinya cukup aman wanita itu memanggil seseorang.
“Meraa kemari nak!”
teriak wanita itu kemudian seorang gadis remaja, yang memakai rok dan kebaya
sederhana berwarna hijau muda, dengan sedikit motif bunga diarea leher datang
memasuki dapur. Ya ini aku keluargaku biasa memanggilku Meera tapi nama
lengkapku adalah Ameerah.
“iya bu” jawabku,
“kamu tunggui dulu tungku ini ibu sedang memasak nasi, diamana adikmu Indra?”
Tanya ibuku. “mungkin dia bermain bersama teman-temannya” jawabku sekenanya.
Sebenarnya aku memiliki 2 orang adik tapi mengapa hanya Indra saja yang
ditanya? Yah itu karena adikku yang bungsu selama ini masih bersama ibu ya
kira-kira selama 3 bulan lagi, baru aku bisa melihatnya.
Kemudian ibu beranjak
pergi “aduh… ibu takut dia pergi mandi disungai sekarangkan sedang musim hujan
aliran air sungai pasti sedang deras-derasnya, ibu tau dia itu perenang yang
handal tapi tetap saja, dia itu masih anak kecil dan kita harus tetap waspada”
baru selangkah ibu menginjkkan kaki diluar pintu dapur ibu teringat sesuatu “oh
ya jangan lupa buat sambal, ibu belum memetik lomboknya”
Aku mengerti ibu mau
aku memetik Lombok yang memang sudah terlhat ranum, namun sayang tidak bisa
dimakan seperti buah biasa, ya ibuku menanam beberapa pohon Lombok dibelakang
rumah dekat tempat jemuran pakaian, dan beberapa pohon didepan rumah, alih-alih
memanam bunga ibu malah menanam Lombok, tapi bukan berarti tidak ada bunga ya,
namun memang lebih didominasi oleh pohon Lombok.
Kemarin ibu mengomel
karena buah Lombok yang sudah memerah itu belum sempat ibu petik, tapi sudah
banyak yang dimakan ayam, jadi tidaklah baik jika aku mendengar omelannya lagi
nanti sepulangnya. Yah memang ayah dan aku suka makan sambal, jika tidak ada
sambal makanan jadi hambar rasanya.
Komentar
Posting Komentar