Langsung ke konten utama

SANGAT RINDU



SANGAT RINDU

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah SMA “ibu ayah aku pergi dulu” seraya menyalami mereka, ibukupun menciumi kedua pipiku “Aliya hati-hati dijalan dan belajar dengan baik” suara itu terdengar serak dan penuh wibawa. Ya dia adalah ayahku, aku tidak diantar karena jarak rumahku kesekolah cukup dekat, dan memang aku terbiasa berjalan kaki.

Oh ya namaku Putri Nur Alia, tapi orang biasa memanggilku Aliya. Aku berjalan dengan riang menuju sekolahku, tetapi tetap saja ada perasaan khawatir, apakah teman-teman baru mau berteman denganku, tapi…. Tak apa aku terus saja berjalan.

Ting…. Tong… bel masuk telah berbunyi, aku sudah punya cukup banyak teman, sebelum kelas dimulai aku sempat berkenalan dengan beberapa teman lainnya. Tidak seperti perkiraanku mereka cukup baik, tapi meja disebelahku masih kosong, katanya ada yang belum datang mungkin saja dia sakit. Guru segera membuka kelas, pagi ini dimulai dengan perkenalan “ini adalah rutinitas bagi anak baru”.

Guru telah selesai memperkenalkan dirinya, diapun meminta kami untuk memperkenalkan diri, dimulai dari paling ujung depan, baru saja sang anak berkata “nama saya”. Tiba –tiba ada yang mengetuk pintu, terlihat seorang anak yang rambutnya berantakan, sedikit lepas dari ikatan kudanya. Dan nafas yang tersengal-sengal.

Sepertinya aku tahu mengapa dia terlihat seperti itu “dia pasti berlarian dari luar sekolah, yak arena memang kelasku berada ditengah-tengah gedung dan ada dilantai dua, dan yang pasti jarak pintu gerbang ke kelasku tidak bisa dianggap remeh” batinku.

Gurupun mengalihkan perhatiannya pada gadis itu, dan mempersilahkannya masuk. Gadis itu segera merapikan baju dan rambutnya  tak lupa pula ia mengatur nafasnya sebelum benar-benar melangkah masuk kedalam kelas. Guru segera saja menginterogasinya dengan pertanyaan yang pasti kalian sudah tahu “kenapa terlambat?” gadis itu pun menjelaskannya entahlah apa yang dibicarakannya aku tak mendengarnya, setelah selesai persoalan gadis tersebut “baiklah sekarang perkenalkan dirimu depan” kata guru bijak.

Gadis itu pun segera saja memulai perkenalannya “nama saya Rara Natasha, saya dari SMP Karya Jakarta,  dan saya tinggal di perumahan melati no 42, saya terlambat karena terjebak macet dipersimpangan saat keluar perumahan, dan ayah yang berputar-putar kerna sedikit lupa jalan menuju kesekolah, saya pindah kekota ini karena ayah dipindah tugaskan disini, dan beruntungnya saya karena bisa masuk kesekolah ini, dan bertemu dengan teman-teman, saya harap kita bisa berteman baik” ucapnya seraya mengakhiri perkenalannya.

“Oh pantas saja dia terlambat” kataku dalam hati memberikan pengertian atas penjelasannya, “sekarang kamu duduklah” kata guru seraya menunjuk meja kosong desebelahku, “hai ucapnya seraya duduk dikursinya” dia tersenyum begitu manis dengan lesung pipitnnya yang langsung muncul, “hai” balasku

Tak terasa waktu berjalan kami berteman sangat dekat, dia sering main kerumahku saat pulang sekolah, sambil menunggu orang tuanya datang menjemputnya, yak arena orang tuanya tidak datap menjemputnya tepat pada waktunya, ayahnya yang memang sibuk, ibunyapun hamper sama sibuknya karena ibunya yang seorang wanita karir, orang tuanya memang tidak pernah menggunakan supir sejak dia kecil. Dan yang paling anehnya lagi kami selalu saja masuk dikelas yang sama dari kelas 10 sampai kelas 12 ini, sekarang adalah saat kelulusan bagi kami, aku memilih kuliah diluar kota, sedangkan dia akn pergi keluar negeri untuk kuliahnya, karena memang dia selalu mengharapkan itu sejak kecil, dan beruntungnya dia keinginannya dapat tercapai karena kondisi keuangan orang tuanya mencukupi, besok setelah penerimaan ijazah dia akan pergi.

Hari ini keluarga kami berkumpul bersama dirumahnya, para orang tua larut dalam perbincangan mereka, dan begitu pula yang terjadi pada kami, entahlah ada saja topic yang kami bicarakan, tentu saja sambil membantu rara berkemas. Saking asiknya kami mengobrol tak terasa semua barang yang harus dibawa pergi telah terkemas cantik dan rapi dalam kotaknya.

Haripun tak terasa beranjak malam, setelah lama bersenda gurau di ruang tengah rumah rara yang sekarang terasa seperti lapangan karena barang-barang sudah dipindahkan, aku dan orang tuaku pamit untuk pulang, kami berpelukan sangat erat seolah tak rela untuk melepas.

Keesokan harinya aku tak melihatnya lagi disekolah, yah tentu saja dia pasti sudah mengambil ijazahnya terlebih dahulu, karena jadwal pengambilan pukul 09.30 sedangkan jadwal penerbangannya pukul 09.10 aku duduk dikursi, dibawah pohon tempat kami biasa menghabiskan waktu saat istirahat berkumpul bersama temanlainnya, lama aku memandangi ijazahku, kemudian kukeluarkan sebuah alat kecil, kutekan tombol yang terlihat gambar segitiga ditombolnya, terdengarlah suara rara yang menyanyikan “never alone” setelah terdengar lirik terakhirnya “oh baby you never alone” melintas pesawat tepat diatas sana, ya itu adalah pesawat yang membawa Rara.
2 tahun kemudian
Aku menjadi mahasiswa diuniversitas yang aku ingingkan, sekarang ini tidak ada dosen, tentu saja karena ini masih jam kosong, dan masih 30 menit lagi kelas baru dimulai, daripada keliaran diluar aku lebih memilih tetap dikelas supaya tidak terlambat, aku lebih memilih memasang headset ditelingaku. Tiba-tiba saja ada yang menarik sebelah headsetku dan dengan wajah tak berdosanya ia memasangnya ditelinganya.

Apa yang harus aku lakukan? Itu adalah kebiasaannya menggangguku dan ia tahu saja saat yang tepat untuk menganggu “untung saja belum terlambat” ucapnya, “tidak kamu terlambat ini putaran yang terakhir” ucapku seraya mengejeknya, diapun segera saja menampakkan wajah memelasnya itu 
“ssttt….” Diapun diam mendengar peringatanku, setelah lagu berakhir kami pun melepas headset.
“udah ada kabar belum?” tanyanya
“belum, Fin” kataku seraya menatap kosong. Diapun beranjak pergi
“Kevin…. Mau kemana?”
“kekantinlah gue lapar habis dengar lagu lo” ucapnya seraya melompat melewati bangku didepannya
“ih… awas lo ya.. kan tinggal sebentar lagi kelas dimulai” kataku seraya mencoba mengingatkan
“gampang nanti kalau udah waktunya gue pasti balik jangan heran gue tiba-tiba disamping elo” ucapnya sambil tertawa dan terus saja melesat pergi. Yah dia tahu semua tentang aku seperti rara, dia juga temanku, bahkan dia sering mendengarkan music bersamaku, ahhh itu bukan itu lagu yang dinyanyikan  rara, yang aku rekam saat kami mendapat tugas kelompok.
Flash back :
“Uh… akhirnya selesai juga” ucap kami bersamaan, lalu kami segera saja merebahkan tubuh kami dilantai tempat kami berkutat selama 3 jam ini, kemudian rara bersenandung tidak jelas, “ih… yang jelas dong aku mau dengar” ucapku seraya memohon, diapun bernyanyi “itu judulnya apa?” tanyaku dengan polosnya karena memang pengetahuanku tentang western music kurang. “never alone” ucapnya membalas pertanyyanku yang kepo, “gue rekamya please…” dengan segala bujuk rayu barulah ia bersedia aku rekam suaranya, ia pun mulai bernyanyi
Flash back end.
Suara rara berpindah terdengar dari alat ini, ya setiap ada waktu aku akan memutar kembali rekaman itu yang sudah aku pindahkan keponselku.
Seperti itulah waktu terus berlalu, aku benar-benar merasa seperti kehilangan kontak dengan rara
5 tahun kemudian
Hari ini adalah hari pernikahanku, aku masih mendengarkan lagunya sembari embak yang urusin segala perihal dandan-mendandani melakukan tugasnya memoles wajahku, untuk acara resepsi. Setelah selesai terus saja aku dipajang bersama suamiku dipelaminan “gimana?” tanyanya, aku hanya menggeleng. Rupanya ini takdir tuhan, Kevin sekarang menjadi suamiku.

Kami tersenyum bahagia menyambut para tamu, tapi siapa tahu aku sangat merindukan rara, aku ingin dia ada disaat-saat seperti ini. Para tamupun menikmati hidangan dan kami pun duduk (ya kami tidak hanya diam dipelaminan seperti boneka pajangan, tetapi kami berkeliling untuk menyambut para tamu yang datang) sepertinya belum ada tamu yang datang lagi. Tiba-tiba saja lagu never alone dimainkan oleh para pemusik, kerinduanku akhirnya sampai juga diubun-ubun kepalaku, kerinduan yang selama ini aku pendam.
Dan akhirnya aku meneteskan air mata, Kevin yang melihat reaksiku langsung saja mengusap pipiku ”sudah jangan menangis” aku  tahu dia mengerti perasaanku “ya mas” jawabku seraya tersenyum, diapun menggenggam tanganku.
1 tahun kemudian
Hari ini tepat satu tahun pernikahanku dengan Kevin, dia ingin memberikan hadiah pernikahan untukku, tapi alih-alih memberikan sebuah kadi, dia malah mengajakku keluar, entahla dia akan membawaku kemana, kami pun tiba disebuah taman, kevin memarkir mobilnya dengan rapi.

“tunggu” katanya, baru saja aku ingin bicara dia sudah lari keluar, dan segera membukakan pintu, dan menggiringku jalan “ih.. apa sih, kayak anak kecil baru belajar jalan diginiin” kataku.
“ya memang kamu anak kecil” katanya, anehnya aku malah tersipu malu dibuatnya dengan perkataannya, kamipun sampai disebuah kursi taman, dengan atap berbentuk jamur yang lucu, diapun mempersilahkanku duduk dan berbisik “bagaimana ini aku harus mengurus dua anak kecil?” akupun hanya bisa tertawa kecil mendengarnya “aku beli ice  cream dulu ya disana” katanya seraya meunjjuk pedagang ice cream yang tepat berada dibelakang punggungku, dia pun segera berlari.

Aku tertawa melihat tingkah suamiku “bagaimana ini? Malah dia yang seperti anak kecil” sambil meunggu lagi-lagi aku memutar rekaman itu, aku sangat asyik mendengarkannya, tapi aku merasa ada yang aneh, kenapa ada dua suara, akupun menoleh ternyata kevin yang menyanyi dia terus saja menyanyi mengikuti rekaman, dan duduk dihadapanku.
Aku terkejut dengan suaranya yang indah, aku tau dia memiliki suara yang bagus, karena saat berbicara saja suarnya terdengar indah (entahlah bagi orang lain, apa aku merasa begitu karena dia suamiku, tapi entahlah suaranya memang bagus) karena memang aku tidak pernah mendengarnya bernyanyi, saat kuminta bernyanyi dia selalu saja bilang tidak bisa, dan malah mengucapkan lirik lagunya seperti membaca puisi.

Aku menikmati lagunya duet anatara suamiku dan rekaman suara Rara. Tiba-tiba saja dia berhenti bernyanyi dan hanya terdengar suara rara “tapi tunggu kenapa ada dua suara yang sama?” batinku dalam hati tapi aku terus saja mendengarkan lagunya hingga selesai. Tapi kemudian lagu itu terputar kembali, aku melihat pemutar lagu di handphoneku sudah berhenti.

Saat aku melihat kembali tiba-tiba saja ada seorang gadis cantik berdiri dihadapanku, ya dia adalah Rara, tapi dia bertambah sangat tinggi, dan suamiku sekarang berpindah berdiri disampingku. Tentu saja aku menangis, diwaktu yang lama ini, aku baru bertemu dengannya lagi, sekarang setelah puas melepas kerinduan kamipun mengobrol bersama
 “Mas kamu kenal dari mana Rara?”
“Sebenarnya rara itu sepupuku dek”
Ucapnya tentu saja aku terkejut di buatnya, dan hendak meminta penjelasannya, tapi Rara segera menghentikanku.
“udah, aku yang minta mas mu ini jangan kasih tau kamu dulu kalau kami itu saudara, aku mau ngasih kejutan waktu hari pernikahan kalian, tapi aku belum bisa balik ke Indonesia”
“Oh iya gue kan pernah bilang seru deh kalau kita saudara”
“iIa kamu pernah bilang, emang kenapa?”
“Lah kok kenapa, kita kan sekarang jadi saudara betulan” ucapnya seraya tersenyum manis, dan ternyata ia tidak meninggalkan lesung pipinya dinegara orang.
Flash back :
Kevin sedang asik bertelepon dengan seseorang, dan dia membahas tentang temannya ditempat kuliahnya
“siapa namanya?” Tanya seseorang dari ujung telepon sana
“Aliya” jawab Kevin
Seseorang diujung telepon sana terlihat tersentak, terlihat dia hampir menangis mendengarkan penjelasan kevin.
“oh ya… jangan kasih tau aliya dulu ya kalau kita sebenarnya saudara” pinta seorang diujung telepon sana
Terlihat Kevin menutup teleponnya
Dan disana terlihat Rara yang baru saja juga menutup teleponnya, dia terlihat tersenyum tapi meneteskan air mata “mungkin ini takdir tuhan aliya” ucapnya seraya tersenyum
Flash back end
Kevinpun terlihat bahagia menyaksikan reuni 2 sahabat ini, dan ia senang bisa memenuhi keinginan istrinya yang tak terucapkan itu.
“sayang semangat, sekarang kamu menjadi seorang ibu, aku berharap semoga anak kita nanti dapat menjalin hubungan pertemanan sekuat hubunganmu dengan Rara”
END

Komentar

Postingan populer dari blog ini

It’s Missing You (inspirasi dari lagu “Missing You” oleh BtoB)

It’s Missing You (inspirasi dari lagu “Missing You” oleh BtoB)             seorang penyiar berita sedang menyiarkan secara live kebakaran disebuah rumah, terlihat dibelakang penyiar itu api yang melahap habis sebuah rumah dikawasan yang cukup elite, “seluruh keluarga tewas dalam kebakaran ini, namun beruntung saja putri dari keluarga ini masih bisa diselamatkan, ia baru berusia 8 tahun” ucap penyiar itu.           Terlihat seorang anak laki-laki sedang menonton berita ditelevisi itu, kemudian ia menunjuk TV itu, “ibu ada kebakaran” katanya sambil menunjuk TV itu, dan melihat ibunya yang sedang ada dimeja kerjanya, terlihat ibunya yang sangat anggun duduk dimeja itu, dimeja bertengger manis sebuah papan nama yang lucu bertuliskan kepala pimpinan yayasan pelangi Kim Hang Ah. “ah ia kesihan sekali, ia tidak punya orang tua lagi seperti tema...

Bunga api Vs Bulan

Bunga api Vs Bulan fitriani_31122017 Dewi malam kembali menduduki singasananya seperti biasa, tak peduli apakah ini hari istimewa ataukah hari naas penuh duka. Ia menjadi saksi atas apa yang terjadi disini. Dengar! dengarlah cerita yang ia sampaikan lewat angin malam yang berhembus lemah namun syahdu membawa dingin, menyentuh tanah, menembus tembok-tembok rumah, menggoyangkan ranting-ranting kurus, menggugurkan daun yang tak berpegang erat, hingga sampai ketelinga-telinga para manusia.           Ditengah kota metropolitan, diantara tingginya tembok-tembok gedung, ada sebuah rumah renta berdindingkan kayu-kayu bekas siasa proyek pembangunan, beratapkan jerami, karena tak mampu membeli atap genting, apalagi seng yang mahal harganya, bila hujan datang, ia harus menepi di sudut, di pojok-pojok rumahnya karena atap rumahnya yang bolong-bolong. Dan keesokan harinya harus ia tambal dengan jerami baru, kalau ia tak mau esok terulang hal yang sama....

Wacana

Wacana Rencana jadi wacana Wacana jadi bencana Berita jadi buaian basa-basi yang benar-benar basi Kamu, lebih memilih bungkam seolah tak tahu apa-apa Dan dia, mengamati seolah bukan perkara untuknya Mudah lidahnya berucap karena tak bertulang Hati nuraninya terlalu mahal untuk mengingat janji yang sudah terlanjur tertuang Apalagi akalnya, tak ada ruang! Kecuali untuk dirinya sendiri! Sedang aku dalam ruang tunggu Dengan sebaris antrian fiktif!