Langsung ke konten utama

Epilog: Paradoks Maya

Sebagai perantara pesan, aku berkelana dari satu mimpi ke mimpi yang lain, singgah sebentar dan beranjak pergi.
Apa yang kau ingat dari kenangan-kenangan yang terekam? Nama tempat, nama permainan, nama teman atau kejadian, adalah hal-hal yang lambat laun mungkin akan terlupa. Tapi tidak dengan rasa!

Kaulah yang memiliki kuasa atas dirimu sendiri, dan kau akan menyadari, betapa indahnya memori yang selama ini kau kubur, untuk menyambut sebuah kedatangan kembali.

Sampai detik ini aku bertahan, dan sampai detik ini aku menghantarkan maya melalui mimpimu, berharap membakar paradoksmu, biarkan ia menjadi abu, dan kembali ketanah.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

It’s Missing You (inspirasi dari lagu “Missing You” oleh BtoB)

It’s Missing You (inspirasi dari lagu “Missing You” oleh BtoB)             seorang penyiar berita sedang menyiarkan secara live kebakaran disebuah rumah, terlihat dibelakang penyiar itu api yang melahap habis sebuah rumah dikawasan yang cukup elite, “seluruh keluarga tewas dalam kebakaran ini, namun beruntung saja putri dari keluarga ini masih bisa diselamatkan, ia baru berusia 8 tahun” ucap penyiar itu.           Terlihat seorang anak laki-laki sedang menonton berita ditelevisi itu, kemudian ia menunjuk TV itu, “ibu ada kebakaran” katanya sambil menunjuk TV itu, dan melihat ibunya yang sedang ada dimeja kerjanya, terlihat ibunya yang sangat anggun duduk dimeja itu, dimeja bertengger manis sebuah papan nama yang lucu bertuliskan kepala pimpinan yayasan pelangi Kim Hang Ah. “ah ia kesihan sekali, ia tidak punya orang tua lagi seperti tema...

Bunga api Vs Bulan

Bunga api Vs Bulan fitriani_31122017 Dewi malam kembali menduduki singasananya seperti biasa, tak peduli apakah ini hari istimewa ataukah hari naas penuh duka. Ia menjadi saksi atas apa yang terjadi disini. Dengar! dengarlah cerita yang ia sampaikan lewat angin malam yang berhembus lemah namun syahdu membawa dingin, menyentuh tanah, menembus tembok-tembok rumah, menggoyangkan ranting-ranting kurus, menggugurkan daun yang tak berpegang erat, hingga sampai ketelinga-telinga para manusia.           Ditengah kota metropolitan, diantara tingginya tembok-tembok gedung, ada sebuah rumah renta berdindingkan kayu-kayu bekas siasa proyek pembangunan, beratapkan jerami, karena tak mampu membeli atap genting, apalagi seng yang mahal harganya, bila hujan datang, ia harus menepi di sudut, di pojok-pojok rumahnya karena atap rumahnya yang bolong-bolong. Dan keesokan harinya harus ia tambal dengan jerami baru, kalau ia tak mau esok terulang hal yang sama....

Wacana

Wacana Rencana jadi wacana Wacana jadi bencana Berita jadi buaian basa-basi yang benar-benar basi Kamu, lebih memilih bungkam seolah tak tahu apa-apa Dan dia, mengamati seolah bukan perkara untuknya Mudah lidahnya berucap karena tak bertulang Hati nuraninya terlalu mahal untuk mengingat janji yang sudah terlanjur tertuang Apalagi akalnya, tak ada ruang! Kecuali untuk dirinya sendiri! Sedang aku dalam ruang tunggu Dengan sebaris antrian fiktif!